Jumat, 25 Oktober 2013 - 0 comments

No Tittle

Merambah ke dunia yang gelap gulita tanpa setitikpun cahaya, jelas sangat tidak enak sekali. Betapa tidak, kau harus berjuang untuk bertahan, melihat bukan lagi dengan mata, karena walaupun benda-benda di sekitarmu berbeda, kini menjadi sama rata berkat kepekatan gelap. Kau harus meraba untuk menemukan jalan keluar. Dan, bisa jadi disaat seperti inilah mata batin bekerja, ia yang akan menunjuki ke mana harus kau langkahkan kaki, menunjukkan kau ke arah cahaya.

#eh, daku nglantur!
Jumat, 04 Oktober 2013 - 2 comments

A True Story Of Nina

A True Story, Dedicated to Mb Cantek Nun Jauh di Mata Nan Dekat di Hati.. :D

Sebuah kisah tentang cinta yang datang terlalu cepat, terhalang restu orang tua dan entahlah, mungkin terhalang kehendak Allah yang memutuskan mereka tak berjodoh.


Muhammad Azwan, nama lengkap lelaki cerdas itu, ia begitu mencintai Nina, teman masa sekolah dasarnya dulu. Azwan kecil dikenal sebagai anak yang karismatik, disukai teman-teman perempuannya. Hampir semua anak-anak perempuan yang sekelas dengannya mengagumi keelokan parasnya, kecuali Nina. Ya, bocah tomboy ini sama sekali tidak tertarik untuk mengagumi seorang Azwan. Ia terlalu asyik dengan dunianya sendiri, dunianya yang maskulin. Kelas itulah saksi awal perkenalan mereka berdua. Masa-masa SD terlewati begitu saja, tanpa banyak bicara satu sama lain, tak terlalu akrab, biasa saja. Yang luar biasa, mereka adalah dua anak manusia yang tercipta berbeda dari teman-teman sebayanya. Azwan tercipta sebagai bocah karismatik yang digandrungi oleh teman-teman perempuannya, sedangkan Nina, tumbuh menjadi anak perempuan yang maskulin, lebih mengeluarkan sisi kelelakiannya. Itulah yang membuat mereka istimewa, hingga mencipta kisah kehidupan yang tak biasa.
Selasa, 24 September 2013 - 0 comments

Emaq

Penyakit!. Hmm, aku masih menganggapnya sebagai sebuah sebab menarik untuk dijadikan sebagai alasan libur istimewa bagiku. Yah, sebuah kesempatan untuk beristirahat dari penatnya aktivitas bernama sekolah. Namun, aku juga sepenuhnya sadar, itu sangat menyakitkan, bukan saja untuk yang mengalami, tapi juga bagi orang-orang terdekat yang menyayangi.

Belasan tahun silam, saat umurku 14 tahun, aku terkena typus, penyakit yang telak melumpuhkan aktivitasku selama seminggu. Waktu sakit terlama yang pernah kurasakan. Biasanya hanya sakit kepala, itupun setengah hari sembuh atau setelah dimuntahkan, jadi ringan. Dan kini, harus berbaring selama berhari-hari, membuat seorang wanita setengah baya terlihat meneteskan air matanya. Ia tak kuasa melihatku kesakitan seperti itu, kehilangan keceriaan dan lemah. Ia khawatir berlebihan, bahkan sampai saat ini, saat usia sudah menginjak kepala dua, seperempat abad. Jika sakit, ia pasti khawatir, lalu melakukan berbagai cara agar aku segera sembuh. Wanita itu, bagaimana kami harus membalas segalanya? Kurasa tak kan mampu kami membalasnya, terlalu menumpuk. Terima kasih saja tidak akan pernah mampu mencukupinya, materi menggunungpun tak kan bisa menutupinya.

Kami menyebutnya Emaq! Ia yang tak pernah lelah menjaga, mendidik, dan tentu saja menyayangi kami. Ia yang terlalu lemah saat melihat anak-anaknya sedang tak berdaya, ia segalanya. Dan segalanya kan kami balas dengan bakti. InsyaAllah! Aamiiiin..!
Senin, 16 September 2013 - 0 comments

Coret-coret toq

Aku hanya bertanya, mengapa? Saat jiwa mulai menata, saat hati mulai berharap, semuanya pergi seketika. Tanpa bekas. Tanya itu tak pernah kudapati jawabnya. Siapa yang akan menjawab? Entahlah. Sempat akan dan tidak jadi. Ya, hidup memang selalu menjadi misteri. Terlebih yang akan datang, ia menjadi rahasia yang tak terduga. Bagaimana bisa terjadi? Patah hati sebelum sempat jatuh cinta. Mereka bilang, kok bisa, heran! Apatah lagi aku, aku bingung, aku sungguh sangat heran, bagaimana itu bisa terjadi pada hati. Haaah, masalah perasaan memang selalu menarik untuk dipertanyakan, didiskusikan, bahkan sampai diperdebatkan. Tapi, aku tidak ingin melakukannya. Biarkan saja ia berteriak dalam diam, aku tak perlu memperdebatkannya lagi, walau sangat membingungkanku. Biarkan saja, ia akan tetap ada atau akan menghilang menurut titah empunya. Biarkan waktu yang menjawab semua tanya, karena ia satu-satunya jawaban jujur untuk saat ini, di dunia ini. Ya, jika memang harus mengikuti arus, tak masalah. Akan kuikuti, tapi aku tak ingin terbawa arus, untuk itu harus fokus!. Okey, akan kutinggalkan kebingungan tuk menemui kedamaian. Berkarya lagi, bermanfaat lagi, bahagia lagi!

Keep calm and stay cool
Semangatin diri..!
^^
10:02 WITA @FavCor
Kamis, 12 September 2013 - 0 comments

Coretan Serupa 030913 (Lupa Tanggal)

Ibu dan anak itu katanya sudah seperti satu jiwa dalam dua tubuh. Jika ibu merasa sakit, pasti anak juga merasakan. Tapi, kebanyakan sebaliknya sih. Jika anak sakit, ibu pasti merasakan sakit juga. Ibu dan anak itu memiliki ikatan bathin yang sangat kuat. Lebih kuat dari ikatan bathin pada saudara kembar. Ya, saudara kembar juga katanya punya ikatan bathin. Tapi, pernah kubertanya pada teman kembarku. Katanya, biasa aja. Kalau ada salah satunya yang sakit, yang lainnya ga sakit kok. Malah mereka bilang, seperti telepati di sinetron2 itu cuma fiktif aja, ga pernah terjadi pada mereka dikehidupan nyata. Walau ada sebagian kecil saja yang pernah mengalami.

Okey, kembali tentang ibu dan anak. Kurasa, ikatan bathin antara ibu dan anak itu yang paling kuat. Aku pernah mengalaminya sendiri. Sering sekali, yang paling baru. Kemarin aku merasakannya. Ceritanya, aku pingin banget dibuatin bumbu kecap, sebagai teman makan tahu atau buat sambel bawang untuk mencocol ikan goreng. Kuurungkan niatku untuk memberitahu ibu saat itu juga. Nanti sajalah, abis sholat isya pikirku. Benar saja, setelah sholat isya, aku melihat ibu sedang makan sambil mencocol ikan ke sambel tomat. Lalu kutakan pada ibu tentang niatku tadi sore. Ternyata, ibu juga berpikiran yang sama denganku. Tadinya ia juga ingin membuat sambel kecap tuk mencocol tahu, tapi karena dilihatnya tahu tinggal beberapa. Akhirnya ia putuskan tuk membuat sambel tomat saja. Waaaw, kejadian ini terjadi beberapa kali. Bukan hanya sekali dua kali saja.

Lalu, tentang cerita kualat jika tak menuruti kata ibu (tentunya perintah yg baik saja), sudah kualami juga. Saat itu, aku ingin sekali makan mie rebus. Akhirnya ibu membuatkannya untukku. Karena tak sabar, aku ingin sekali cepat2 menyantapnya. Ibu sudah peringatkan tuk memakannya nanti dulu. Tapi, aku mengabaika nasihatnya. Akhirnya aku tetap memakannya dalam keadaan masih sangat panas. Tapi, aku sudah meniupnya beberapa kali agar mengurangi panasnya. Tetap saja, masih panas dan membuat lidahku melepuh. Ooowh, menyesalnya aku tak mengindahkan perkataannya. Jadi malu sendiri waktu itu pada ibu.

Bayangkan, hal kecil seperti itu saja bisa berakibat fatal. Pantas saja, ALLAH memerintahkan agar jangan sekali2 berkata kasar, walaupun itu perkataan 'ah' saja kepada kedua orangtua. Hmmm

Karena kita satu jiwa dalam dua raga. Maka jangan pernah sakiti ibu, karena jika kita lakukan itu. Artinya kita sedang menyakiti diri kita sendiri. Jaga perilaku dan perkataan kepadanya, agar selamat dan mendapat ridho ALLAH. InsyaALLAH.
- 0 comments

Coretan 030913


Hari ini kutemui lagi bukti ajaibnya firasat seorang emaq. Pagi tadi, tubuhku rasanya lengket karena sudah tiga hari tak tersentuh air akibat sakit yang sedang kualami. Rasanya pengen nyemplung ke kolam, tapi tak mungkin. Aku pun berniat, dalam hati kukatakan pada diriku 'nanti, kalau emaq ke sini, minta tolong masakin air deh, mau mandi air anget'. Lalu, aku ketiduran. Aku tak tau emaq sudah beberapa kali keluar masuk kamarku dan terakhir kalinya, kurasakan tangannya yang dingin menyentuh keningku yang bak bara api itu, seraya berkata 'mandi ya, emaq masakin air'. Aku pun mengangguk, masih dengan mata terpejam. Kukira aku mimpi, ternyata ketika aku sudah benar-benar bangun dari tidurku, emaq menyuruhku ke kamar mandi. Benar saja, di sana sudah tersedia air hangat yang sangat aku perlukan itu.


Bukan hanya itu, siang tadi emaq menyuruhku makan nasi, lalu minum obat. Aku menggeleng, 'nanti saja maq. Mau muntah' kataku beralasan, tapi beneran. Lalu, emaq menawariku lagi sampai beberapa kali hingga akhirnya ia menyerah. Aku berangan lagi, 'nanti kalo makan, aku pengen lauqnya tahu. Pasti enak di mulutku yaang terasa pahit ini' kataku dalam hati. Lama, hingga adzan ashar datang, seusai sholat emaq menghampiriku lagi. Menawariku makan lagi, dan kali ini aku tak tega menolak. Aku mengangguk dan ia terlihat begitu senang. 'Emaq ambilin nasi sama tahu dulu kalo gitu. Ada ayam bakar itu, mau ga?'. Eeh, apa kata emaq tadi? Tahu? Alahmdulillah, senangnya hatiku. Aku menggeleng untuk ayam bakar. Luar biasa, tak henti-hentinya aku merasa heran dengan firasat seorang emaq terhadap anaknya ini. Emaq, you're my everything.
Kamis, 20 Juni 2013 - 0 comments

Jodoh Belum Kunjung Datang??? Yaa Santai Ajaa!!!

  • Langkah telah menancap berpuluh pijak..
    Mencipta berjuta jejak..
    Ku tatap jauh ke depan..
    Tiada jua ternampakkan..

    Sungguh lama ku di sini..
    Berharap sosok itu menghampiri..
    Sesosok bayang yang ku rindui..
    Ingin ku temui..

    Kau, nama yang tertulis bersanding namaku..
    Ku nanti dengan asa dan permohonan dalam doaku..
    Segeralah kembali pulang..
    Menyempurnakan bagianku yang hilang..
    ***

    Hari ini bertemu senja kembali. Di ufuk barat sana aku masih bisa memandang wajah keemasannya, indah. Akan selalu indah. Hari ini senyumku mengembang lebih lebar, mendengar kicau para tetua. Celoteh sendu mereka, di sela-sela kata tertuliskan sebuah tanya, "kapan kau akan menikah, Nak?" dan aku tak mampu menjawab tanya itu. Kapan? Aku pun sedang menunggu jawaban dari Nya. Aku sungguh menyadari, segalanya sudah diatur, detik, tempat, dan cara pertemuannya. Tapi, aku hanya manusia biasa yang kadang tergoda rayuan si musuh dalam selimut (nafsu). Ingin hati segera bertemu, menyatukan dua keluarga, menyempurnakan setengah dien. Tapi keinginan itu belum terjangkau takdir.

    Kadang iri menyinggahi hati, melihat kawan sebaya telah menggandeng seorang lelaki/wanita yang mereka akui adalah suami/istri. Kadang ingin menyalahi takdir, ketika melihat seorang saudari bercengkrama dengan anak-anak mereka, menciumi dan memanjakan malaikat-malaikat kecilnya. Tertimbul tanya dalam hati, dan lagi-lagi tak ada jawaban pasti, "aku kapan?"

    Aku tau, usia semakin berkurang, raga semakin menua, dan iman? Entah bertambah, entah berkurang. Sempat terprovokasi dengan kalimat "Kamu cari yang kaya gimana, jangan terlalu tinggi lah kriterianya, yang penting kan baik." atau "Eh, si fulanah udah nikah lo, kamu kapan nyusul. Kalah, diduluin deh kamunya." dan yang lebih ekstrem, "Kiamat udah deket, buruan nikah, apalagi kamunya udah tua. Ntar telat lo. Mau apa jadi perawan tua/bujang lapuk?"

    Yah, begitulah. Kalimat-kalimat yang kadang mampu memotivasi, tapi lebih banyak malah menjatuhkan. Tapi, aku juga tau kalau jodoh adalah urusan Allah. Aku pernah mendengar sebuah statement yang bunyinya begini, "Jodoh itu memang di tangan Tuhan, tapi kalau kita tak menjemputnya, maka dia akan tetap berada di tangan Tuhan." Hmm, bukannya aku tak ingin menjemput, bukannya cuek. Aku hanya ingin memilih untuk menunggu saja, menunggu ia datang menjemputku dari tangan Tuhan. Bukankah segalaya telah di atur, seperti yang ku katakan tadi. 

    Santai saja, bukankah aku adalah bagian tubuhnya yang hilang. Ia pasti mengenalinya, kalaupun ia tak menemukanku di dunia ini, mungkin memang bukan di sini tempatnya. Bukannya aku tak ingin berusaha, tapi bukankah menunggu juga adalah sebuah usaha, usaha memantaskan diri untuk pemilik rusuk yang ku inginkan. Santai saja, bukankah janji Allah itu pasti. Pasti kan datang waktunya, jikapun ia tak datang hingga ajal duluan menjemput, mungkin janji Allah bahwa aku kan bertemu dengannya di surga. Jodoh, bukankah itu bukan perlombaan, hingga yang duluan menikah adalah pemenangnya. Jodoh, bukan pula sebuah perjanjian meeting, hingga ketika saat ia tak kunjung datang, menjadikannya terlambat. So, santai saja!

    Kini, yang bisa aku lakukan adalah menunggu waktu yang dijanjikan Allah, menikmati setiap proses yang telah dirancangkan NYA untukku dan untuk kita semua. Menuju hari saat peristiwa penyatuan itu terjadi dan mereka mendoakan keberkahan bagi kita. Hari yang disebut sebagai hari pernikahan.

    _Tulisan Gagal Dikirim_ :p
Sabtu, 08 Juni 2013 - 0 comments

Keluarga..
Berbicara tentang kedamaian..
Bercerita tentang ketulusan..
Berceloteh tentang kenyamanan..
Berbisik tentang ketenangan..
Berdendang tentang keharmonisan..

Ibu..
Tentang pengorbanan..
Tentang keikhlasan..
Tentang kesetiaan..
Tentang pengabdian..
Tentang pendidikan..

Ayah..
Tentang perjuangan..
Tentang pertanggungjawaban..
Tentang kepemimpinan..
Tentang keamanan..
Tentang kesejahteraan..

Saudara..
Tentang kecintaan..
Tentang kepedulian..
Tentang keceriaan..
Tentang kekuatan..
Tentang kebahagiaan..

Sejauh mana pun ku melangkah..
Satu tujuan akhir, rumah..
Setiap kali ku temukan kegetiran..
Satu yang selalu membangkitkan, Ibu..
Sekeras apa pun hidup ku rasakan..
Satu yang selalu menguatkan, Ayah..
Sesulit apa pun ku hadapi rintangan..
Satu yang siap mengulur tangan, saudara..

Bahwa tempat yang paling nyaman adalah rumah dan persinggahan yang paling indah adalah keluarga..
Ana Uhibbukum Fillah Yaa Ummi, Abi wa Akhi..!
Jumat, 07 Juni 2013 - 0 comments

Semangatin Diri

Mengintip fajar di balik bukit..
Terlihat terhimpit, terjepit..

Dari kebun terpetik setangkai wangi mawar merah..
Yang baru saja terbangun dari kuncup, rekah..

Owh, ternyata mentari bukannya malu..
Hanya saja ia sedang kelu..

Lihatlah, walau bumi gelap..
Tapi bukannya jadi senyap..

SEMANGAT!
Sabtu, 25 Mei 2013 - 0 comments

Petualangan Tak Berujung,,Pencarian Jodoh Tak Kreatif Part II (The End)


Dan kini, ia telah menemukan tambatan hatinya. Seorang gadis sholehah (insyaAllah…). Pertama kali sang gadis melihatnya setelah sekian lama, saat berada di TPS acara pilgub. Tak sengaja sang gadis melihat ke arah barat, dan di sana ada ia sedang tersenyum (tepatnya nyengir, soalnya giginya keliatan berjejer rapi) pada sang gadis. Tapi, sang gadis tetap hirau, ia tak ingin lagi ada apapun dengan dia. Esoknya, ia datang lagi, menemui sang gadis. Mengetahui bahwa ia sudah menikah, sang gadis berusaha melunak, lebih mencair dan mencandainya.
“Cieh, penganten.” Begitu candaan sang gadis.
Ia hanya membalas dengan senyuman yang terlihat tidak tulus. Mungkin ia takut bahwa yang dirasakan oleh sang gadis adalah benar adanya. Ia hanya ingin bermain-main saja dengan perasaannya ke sang gadis waktu dulu itu. Dan sang gadis pun berfikir begitu. Ia memang benar, ia tak pernah serius. Kini terbukti bahwa ia hanya main-main saja. Hahahahaa…
Kini, ia sudah tak pernah lagi mengganggu baik lewat sms maupun inbox lewat FB, tersenyum lebar dan tak lagi terlihat grogi saat berhadapan dengan sang gadis. Begitu pun sang gadis, kini tak lagi cuek, sang gadis melunak, lebih bisa bebas berkomunikasi. Berbicara biasa selayaknya seorang sahabat, seorang paman dengan ponakannya. Yang tersisa hanya satu, mukanya selalu memerah setiap kali bertemu sang gadis. Mungkin ia malu, karena pernah menggoda sang gadis bahkan sampai detik-detik ia akan menikah. Ia masih berusaha merayu dan itu hanya sebuah candaan yang jauh dari serius. Akhirnya, petualangannya menemui ujung. Akhirnya ia berani mengambi sikap, MENIKAH. Semoga ia tak lagi berpetualang setelahnya, apalagi dengan cara-cara yang tak kreatif, kuno, dan basi.
Sementara itu, sang gadis kini berbahagia dengan kebebasannya itu. Bebas dari gangguannya yang kadang terasa humoris, tak jarang bikin hati miris. Ya, sang gadis kini bahagia karena sudah tak perlu lagi canggung ketika bertemu dan ngobrol dengannya. Hati sang gadis sudah kembali normal, tak perlu lagi memikirkan ancang-ancang untuk melarikan diri saat ketemu di jalan. Tak usah repot-repot kabur jika ia datang berkunjung ke rumah sang gadis.
“Selamat menempuh hidup baru, semoga menjadi keluarga SAMARA.” Doa sang gadis untuknya. Sang gadis yang sangat beruntung, bahagia pada akhirnya.
The End
O;)
Rabu, 15 Mei 2013 - 0 comments

Kemesraan yang Buram

Senja ini langit nampak sedikit sendu, ada sedikit awan hitam yang menganggu birunya. Background alam ini mengingatkan ku tentang kondisi hati yang sedang terjangkiti rasa. Kecewa dan marah, nama rasa itu. Hmm, haruskah seperti ini takdir hidup yang mengelilingi? Ku rasa itu bukan takdir, hanya sebuah nasib yang terlambat ku ubah. Terlambat ku perbaiki, hingga ianya menjelma marah dan kecewa. Pada diri sendiri, walau sempat menyalahkan takdir dan Yang Mengatur segalanya. Astaghfirullah al adzim!

Kemesraan itu kini sudah buram, tawa sudah kusut, sudah terinjak, terlempar, berdarah, terluka. Sudah tak ada lagi, menjelma masa lalu. Kenangan, ya hanya itu yang ku punya kini. Bangga? Mungkin iya, karena, paling tidak aku pernah merasakan masa lalu yang sungguh menyenangkan. Bercanda dengan tawa, tangis haru dan keceriaan. Bersahabat dengan harmonisasi hidup. Berkawan dengan cinta dan kasih sayang, dan aku sunggu bangga pernah memilikinya.

Mengapa terjadi? TAKDIR!. Ya, walau awalnya aku tak percaya pada apa yang ku dengar, mendengar berita yang tak pernah dikabarkan.
Sabtu, 11 Mei 2013 - 0 comments

Siapa?

Menatap seonggok wajah nan teduh, bercengkrama dengan setiap kebaikan, menjauhi segala yang terlarang. Dia wajah yang dirindui  setiap ciptaan, dia yang tak mudah goyah dengan cobaan, dia yang bertahan atas hempasan. Apakah kau juga seperti wajah teduh itu, aku pun merindukannya, wajah indah itu, yang tak pernah ku pandang, yang tak tau di mana berada, yang ku yakini pun sedang merasakan yang sama. Semoga benar kau memang begitu. Memiliki wajah teduh untuk meneduhkanku yang sungguh sangat keruh ini.
Selasa, 26 Februari 2013 - 0 comments

Puisi-puisian Versi Galau

Kicauan Senja
Sesak tak mau pergi..
Menjadi-jadi tak henti..
Jenuh bergemuruh..
Penat meriuh..

Salahkah hati..
Semakin menanti..
Ini tentang keinginan..
Bukan Kebutuhan..

Salahkah hati..
Terlalu mengingini..
Walau kata Tuhan..
Kebutuhan diutamakan..

Ini hanya sebuah ingin..
Bukan kebutuhan..
Walau hati tahu..
Tuhan takkan pernah mau..



Celoteh Pagi

Jejakku hilang..
Ditelan ilalang..
Jalanku temui buntu..
Berbatu..

Cita terhenti sejenak..
Memutar otak..
Ia menang dan aku kalah..
Aku sudah lelah..


Ku sudah tak kuasa hati..
Biarkan dulu sendiri..
Jangan mengganggu..
Aku sedang terpaku..

Jangan bertanya..
Jangan cengkrama..
Simpan saja ceramahmu..
Aku sedang termangu..

Kau pikir hebat dirimu..
Jangan sekali-sekali begitu..
Aku tengah kehilangan..
Bisa kan kau tenangkan..

Ah, kurasa TIDAK..
Sekalipun kau bertindak..
Aku tak kan terkesiap..
Sekalipun kau, malaikat tanpa sayap..



Tinggallah kau seorang saudariku, yang lain minggat
Sang Kuasa..
Telah Berkehendak..
Ku tak mampu mengelak..
Satu.. Dua.. Tiga.. Empat.. Lima..

Telah tumbang..
Tergulung gelombang..
Tercerai berai..
Sulit terlerai..


Aku bukan karang..
Hanya makhluk tak bercangkang..
Sedih tersengal..
Rapuh tertinggal..

Dan kini tertinggal satu..
Yang masih setia satu rindu..
Kian mantap berpadu dengan indah..
Tuk sebuah kisah bernama ukhuwah..
Kamis, 14 Februari 2013 - 0 comments

GAUL, NGGAK MESTI JADI PENGEKOR KAN!!!

24 Januari 2009
@ MBS

Berbicara tentang budaya, sepertinya tidak akan ada habisnya. Apalagi sekarang ini, budaya yang telah ada pada suatu daerah tertentu di Indonesia seakan berubah mengikuti perubahan zaman. Budaya sebagai sebuah ciri khas suatu bangsa, sebagai suatu adat istiadat sudah tidak dianggap lagi bahkan sudah hilang dari jiwa para pemiliknya, khususnya para pemuda yang telah terkontaminasi oleh kebiasaan orang-orang “barat” yang notabenenya sangat tidak cocok bagi kita, bangsa Indonesia. Perubahan adat istiadat akibat ketidakpahaman kita dalam menghadapi adat istiadat “transferan” dari luar negeri, telah mengubah tingkah laku dan pergaulan remaja Indonesia.

Pergaulan di Indonesia saat ini bisa dikatakan sudah melebihi tipe pergaulan di Negara asalnya, dimana tipe pergaulan itu diproduksi dengan sangat “indah”nya dan kemudian di ekspor ke Negara-negara yang kebanyakan memiliki bangsa yang lemah. Lemah fisik dan tentunya lemah iman, termasuk Indonesia. Pergaulan di Negara kita saat ini sudah sangat parah, seperti yang kita lihat dalam berita. Banyak pemuda yang harus “dipingit” dalam lembaga permasyarakatan berbulan-bulan bahkan hingga menemui ajal didalam sana, akibat mengkonsumsi barang-barang haram. Kemudian banyak ditemukan tempat-tempat Praktik aborsi, pelakunya mulai dari dokter ahli hingga dukun-dukun aborsi lainnya. Kebanyakan yang melakukan aborsi tersebut berumur antara 15-19 tahun. Itulah sebagian akibat dari pergaulan yang sudah sangat bebas, tanpa pengawasan orang tua dan tanpa pengendalian diri.

Na’uzubillahi min dzalik.., itulah kenyataan yang kita hadapi sekarang ini. Ketika para remaja seumuran kita menjadi perusak masa depannya sendiri, ketika para pemuda telah berani menjadi pembunuh atas dirinya, orangtuanya, dan bahkan terhadap janin tak berdosa sekalipun. Kita sebagai bangsa yang mayoritas penduduknya beragama islam, seharusnya tidak terpengaruh dan tidak menjadi pengekor. Bukankah telah dijelaskan dalam Al-quran bahwa Jin dan manusia tidak diciptakan melainkan hanya untuk beribadah kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam. Bukankah Allah juga menjadikan kita, manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini. Oleh karena itu, sudah semestinya kita menjaga dan melestarikan bumi dan isinya, bukan malah menghancurkannya dengan membuat kerusakaan dan keonaran di sana sini. Bukan malah merusak diri dengan hal-hal yang tidak bermanfaat, sehingga dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Melainkan, kita harus mengubah diri menjadi lebih baik dan dalam hal ini sikap sangat berperan.

Menurut manajemen IBM kualitas manusia ditentukan oleh 90% sikapnya (attitude) dalam menghadapi masalah. Sedangkan sisanya 10% ditentukan oleh kemampuan ilmunya (knowledge). Artinya, penyelesaian masalah seringkali diawali dari sikap hidup yang benar dan tepat dalam menghadapi suatu peristiwa. Dan momen tahun baru dapat menjadi langkah awal untuk hijrah kepada hidup yang lebih baik, hidup yang sesuai tuntunan islam, bukan hidup yang sesuai dengan aturan pergaulan orang lain. Jangan sampai kita terpuruk karena adanya peristiwa atau kesalahan yang pernah kita lakukan. Sikapi masalah dengan benar dan tepat, nasi yang telah menjadi bubur akan menjadi bubur ayam yang lezat jika ditambahkan ayam goreng, bawang goreng, dan sedikit krupuk. Jika sudah terlanjur basah, ambil sabun dan sampoan saja biar bersih sekalian. Dosa adalah hal lumrah bagi manusia, tidak ada yang sempurna selain Allah, tuhan yang maha sempurna dan maha pengampun. Dosa pasti terampuni jika kita mau bertaubat dengan taubat yang sebenar-benarnya, insyaAllah.
Wallahu a’lam bishowab..
Dari Berbagai Sumber
Minggu, 20 Januari 2013 - 0 comments

Tertawalah Sebelum Gigi Loe Ompong!


"Kita hidup di dunia bukan melulu seneng ato melulu sedih Han. Elu kudu ngarti itu, kadang kita di bawah kadang di atas, kadang dapet anugrah eeh kadang dapet musibah.” emaq gue ngejelasin panjang lebar ke gue tentang kehidupan. Gue rada lega waktu emaq gue diem. Gue kira emaq gue bakalan stop ngomong dan ngebiarin gue istirahat. Ehh… be continue.
“Ya ini, kayak hari eni, lo lagi dapet musibah. Ditabrak ame orang nyang kagak betanggung jawab. Elu ditinggal gitu aja. Tong… tong…, malang bener dah nasib lu. Hiks..”. Emaq nangis sampe sesenggukkan ngeliat gue terkapar nggak berdaya.
Emaq adalah satu-satunya keluarga gue yang masih ada dan gue adalah satu-satunya anak emaq yang masih hidup. Gue sebenernya bungsu dari 3 bersaudara. Kakak pertama gue cewek, namanya Nita. Kata emaq, mpok Nita waktu umur 5 tahun, meninggal lantaran nelen permen karet. Kok bisa?, gue heran. Terus gue tanya emaq,
“emang mpok Nita nelen permen karetnya berapa biji maq?”
“Satu toples.” Emaq jawab pertanyaan gue sambil muncrat.
Satu toples?. Terang aja meninggal, nelen permen karet kagak tanggung-tanggung. Emang sih, menurut cerita emaq, mpok Nita seneng banget makan permen. Permen apa aja kalau disodorin depan mukanya, pasti abis. Ajaibnya, mpok Nita kagak pake ngemut atau ngunyah dulu, langsung ditelen gitu aja.
Kakak kedua gue cowok. Babe ngasi nama abang gue ini, Herman. Kata babe, Herman itu singkatan dari Hero Man. Babe ngasi nama itu dengan tujuan agar abang gue ini kuat dan gagah kayak jagoan-jagoan barat yang suka nolongin orang gitu. Tapi, cita-cita babe nggak kesampean. Bang Herman meninggal diusia 10 tahun, lantaran kekurangan gizi. Emang waktu ngelahirin bang Herman, keadaan ekonomi keluarga gue lagi nggak karuan. Karena itu, kebutuhan gizi emaq dan bang Herman tidak terpenuhi dengan maksimal. Beruntung waktu ngandung gue, keadaan ekonomi keluarga meningkat. Jadi, gue terlahir sehat dan kuat. Mungkin karena itu, gue jadi satu-satunya anak emaq dan babe yang masih bertahan sampe detik ini.
Jadi teringat masa lalu, gue jadi ingat babe juga, yang baru dua tahun lalu ninggalin gue dan emaq. Babe kena serangan jantung, kayak penyakitnya orang-orang gedong gitu. Nggak ada yang tau beliau meninggal, malam itu malam jumat, gue dan emaq habis dari rumah engkong. Emaq yang duluan masuk dan menemukan tubuh babe yang udah kaku, teriak kenceeeng banget, sampe-sampe kambing tetangga sebelah ikutan teriak saking kagetnya. Gue buru-buru masuk menghampiri beliau.
“Nape maq?, ade maling ya maq? Mana malingnya? Mana mana?” saking paniknya, gue kira ada maling. Sambil ngeluarin jurus silat, gue nanya sama emaq. Eeeh, teriakan emaq malah makin kenceng. Kali ini disertai sama isak tangis.
“Babe elu Han. Babe elu…” emaq nggak bisa ngomong selain itu, saking kagetnya.
“Babe… Be…” Gue juga jadi ikutan teriak ngeliat babe gue yang udah nggak ada nafas lagi. Sekarang gue tinggal berdua aja sama emaq di kampung ni. Mungkin karena itu emaq takut banget kehilangan gue, apalagi kalau gue kena musibah kayak gini. Pasti dia langsung nangis sesenggukkan, takut kejadian yang nimpa kedua kakak gue bakal kejadian juga ama gue.
Semalam gue sengaja tidur lebih awal, abis sholat isya gue langsung tewas. Kapok gue diomelin lagi sama emaq, gara-gara telat bangun mulu. Alhasil, gue bisa bangun pagi walaupun bangunnya emang kepagian banget sih. Pasalnya, gue bangun gara-gara si Udin, tukang adzan di masjid dekat rumah. Dia adzan jam 03.30 dini hari, terang aja semua orang pada bangun kepagian. Si Jalu, ayam gue aja kalah cepet sama dia. Jalu sampe ngomel-ngomel gara-gara si Udin ngeduluin dia bangun.
“Gue ngimpi didatengin ama kakek-kakek bejubah putih pake kain surban di kepalanya Han. Nah, tu kakek nyuruh gue bangun cepet-cepet, trus ke masjid dan langsung adzan. Kata beliau, kalau gue kagak nurutin perintahnya gue bakalan…” cerita Udin tentang mimpi yang membuat dia ngigau tadi subuh, sampe buat dia adzan kecepetan.
“Bakalan apa Din?” gue jadi penasaran.
“Bakalan… diketok pal ague pake tongkat ajaibnya. Dan lu tau Han, waktu gue bangun setelah mimpi itu. Ternyata mimpi gue jadi kenyataan, gue didatengin ama kakek-kakek. Tapi, ni kakek beda ama yang ada di mimpi gue. tu kakek emang sama-sama pake jubah. Tapi yang nyata ni, jubahnya kumel Han. Tu kakek keliatannya marah, matanya merah dan dia ngeliatin gue sambil bawa palu ditangan. Siap mau ketok pala gue.” Udin melanjutkan ceritanya dengan serius.
“Trus trus” gue jadi nggak sabaran dengerin ending ceritanya.
“Trus, gue perhatiin dah tu kakek. Gue perhatiin bener-bener. Gue kucek-kucek mata gue biar lebih jelas. Ternyata Han, dia itu…” Udin menggantung ceritanya.
“Dia itu siapa Din?” bener-bener gue dibikin penasaran sama si Udin.
“Dia itu.. kakek gue. Lo pan tau kakek gue rada-rada gini..” Tutur Udin sambil menyilangkan telunjuk kanannya di dahi.
“Dia mau mukulin gue pake palu Han. Terang aja gue lari terbirit-birit ke masjid. Gue langsung adzan, niatnya sih biar warga pada bangun nulungin gue, gitu Han.” lanjut Udin.
“Aaa, Haahaahaahaa” tawa gue meledak, gigi gue yang indah jadi kelihatan, berjejer rapih. Udin udin…, dia orang pertama yang bikin gue ketawa sampe keliatan gigi lagi setelah 2 tahun ini. Ya, sejak babe gue meninggal, gue jarang banget ketawa, kalau ada yang lucu, paling Cuma senyam senyumaja, sampe bikin keki orang-orang yang ngelawak depan gue. maafin Farhan yee saudare-saudare. Udin nyang pertame.
Pukul 07.00 teng gue berangkat. Asyik, hari ni gue nggak telat deh, nggak kuliah di luar kelas lagi…Hahaha! Batin gue. Seperti biasa, gue ke kampus sama si biru, motor matic yang bakal lunas 2 bulan lagi. Tapi, kok hari ini sepi banget. Gue nengok kiri kanan, nggak seperti biasanya, nggak ada bapak-bapak yang berdasi, anak-anak sekolah pake topi, dan teman-teman seperjuangan di bangku kuliah. Ada apa ini?. Masih tengak-tengok kiri kanan, saking asyiknya keheranan, gue nggak lihat di depan gue ada mobil dengan kecepatan tinggi melaju. Mungkin karena merasa jalanan punya nenek moyangnya, jadi gitu ngelihat jalanan sepi, tu orang maen ngebut aja. Dan, bruuuuk!. Gelap, gue nggak bisa inget apa-apa lagi. Pingsan!.
            Hari minggu kelabu, gue ditabrak sama orang yang nggak bertanggung jawab. Eeh, hari minggu?. Ohh Tuhan, ternyata hari ini hari minggu, libur. Pantesan aja jalanan sepi. Betapa bodohnya gue, dan sekarang, gue harus nerima keadaan bahwa kegantengan gue sudah memudar lantaran gigi gue rontok karena kecelakaan itu.
            Seminggu sudah kecelakan yang menewaskan 7 gigi gue itu lewat. Gue baru sadar, ternyata gigi gue tinggal 4. Hee, kayak lagu saja. Aah, gigi gue!.
            “Door” Ria membuyarkan lamunan gue, padahal gue lagi ngayalin gigi gue balik lagi gitu.
            Gue sama Ria baru ketemu lagi di kampus, setelah seminggu nggak kuliah. Kita berdua lagi duduk-duduk di taman kampus, lagi asyik-asyiknya ngobrol,
“Eeh, Ri, bau apa ni?. Uweeek, busuk banget dah” gue tiba-tiba nyium bau busuk.
“Heehee… gue kentut Han. Lagi masuk angin gue, sorry yee” Ria cengengesan.
Baru aja gue mau ngakak denger pengakuan Ria, tiba-tiba dengan bangga dan senang hati dia ngingetin gue.
“Eeeh,jangan nyengir. Elo ga lupa kan!" protes ria ke gue.
“Sorry,gue lupa kalo gigi gue... udah almarhum” bisik gue ditelinga ria.
Untung saja hanya ada gue sama ria di tempat itu. Aaah, gue rindu gigi gue!.
Jumat, 18 Januari 2013 - 0 comments

Tentang Hujan


8 Des'12
22:01

Hujan. Malam ini ia turun deras sekali. Ditemani cahaya kilat bak lampu berkelip dilangit. Sebagai pengganti bintang, mungkin. Penerang langit malam, yang semakin kelam berkat sang awan hitam. Setelah kilatan kilat itu, terdengar gemuruh petir, kedengaran seperti letusan-letusan meriam saja. Mmm, angin yang tadinya sejuk berubah menjadi seperti pintu lemari es yang sedang dibuka. Dingiiiin, menusuk tulang. 

Tentang hujan, banyak yang menyukainya. Tak jarang juga yang takut kala ianya turun. Yang pasti, bagiku hujan itu selalu datang atas izin Tuhannya, tertitah untuk memenuhi kebutuhan makhluk Allah yang memang membutuhkannya. Hujan, kadang aku sangat mengharapkannya. Kadang kuingin ia tak usah turun saja. Aaah, hujan. Banyak sekali kisah yang tercipta saat ia turun. Kisah dekapan hangat bunda tuk anaknya karena kedinginan oleh hujan. Kisah para pengguna jalan yang coba menghindari serangannya ketika ia turun tak kenal waktu dijalanan. Kisah sepasang suami istri yang bercerita tentang ia dan suami yang bertengkar saat hujan di masa lalu. Kisah tragis, sedih, lucu tercipta saat hujan. 

Hujan, mengingatkanku tentang banyak hal. Tentang kebersamaan di MBS dalam dekapan hangat ukhuwah. Teringat suara istighfar dari mulut seorang saudari yang begitu takut melihat kilat dan mendengar petir. Hmm, bercerita kesana kemari tak karuan. Menghangatkan tubuh dengan saling merapat, membaca Firman Allah, al ma'tsurat tuk sekedar mengalihkan perhatian dari petir. Ukhuwah yang indah saat hujan lebat itu aku alami beberapa tahun lalu di MBS. 

Peristiwa kala hujan yang terlintas dalam ingatanku yang lainnya, adalah musibah yang dialami seorang pegawai bersepeda motor scoopy. Aku ingat betul, hari itu, selasa siang, hujan lebaaaat sekali. Karena terlalu lebat, aku dan babe memutuskan tuk berteduh saja di salah satu masjid tepi jalan di daerah ampenan. Lama kami singgah di sana, hingga akhirnya hujan reda. Kami melanjutkan perjalanan, sampai tikungan bawah jembatan meninting. Tiba-tiba motor yang kutumpangi rasanya berjalan agak lambat. Ada apa gerangan?. Ternyata di depan ada sebuah sepeda motor berwarna pink, bermerk scoopy sedang tergeletak begitu saja. Masih lumayan utuh, hanya ada sedikit pecahan-pecahan kecil beling. Kurasa itu pecahan kaya spion motor pink itu, di dekat stangnya kulihat sepatu pantopel, hanya sebelah. Agak jauh dari motor, helm tergeletak tak dipedulikan. 

Sepi, tak ada orang, seperti tak terjadi apa-apa. Ku pikir, korban kecelakan sudah dibawa ke rumah sakit tuk diselamatkan. Kami terus aja melaju, dibelakang banyak yang mengantri ingin lewat. Di depan ada sebuah mobil pickup terparkir tak berpenghuni. Dari arah kiri warga mulai berlarian, ke arah mobil itu. Mataku mengekor seorang mas-mas yang membungkukkan badannya. Ia melihat ke kolong mobil. Dan saat melintasi mobil, Ya Allah, aku melihat sebuah tangan. Itu tangan seorang pria dengan seragam pegawai negeri. Aku lihat sekilas, tubuhnya seperti terlipat dua, seperti lipatan baju. Tangannya tampak berayun, ada lumuran darah segar disana. Ya Allah, naas sekali batinku. Iiih, rasanya dadaku berdgup kencang. Pengen mual dan pusing. Rabb, baru pertama kali aku melihat langsung peristiwa mengenaskan seperti hari itu. Dan ia terjadi saat hujan. 

Hujan, kadang menyenagkan. Bermain bersama teman-teman, menikmati masa kecil penuh keceriaan dibawah guyuran hujan. 
Hujan hujan, sungguh banyak kisah indah pun bermusibah tercipta saat hadirmu.