Selasa, 24 September 2013 - 0 comments

Emaq

Penyakit!. Hmm, aku masih menganggapnya sebagai sebuah sebab menarik untuk dijadikan sebagai alasan libur istimewa bagiku. Yah, sebuah kesempatan untuk beristirahat dari penatnya aktivitas bernama sekolah. Namun, aku juga sepenuhnya sadar, itu sangat menyakitkan, bukan saja untuk yang mengalami, tapi juga bagi orang-orang terdekat yang menyayangi.

Belasan tahun silam, saat umurku 14 tahun, aku terkena typus, penyakit yang telak melumpuhkan aktivitasku selama seminggu. Waktu sakit terlama yang pernah kurasakan. Biasanya hanya sakit kepala, itupun setengah hari sembuh atau setelah dimuntahkan, jadi ringan. Dan kini, harus berbaring selama berhari-hari, membuat seorang wanita setengah baya terlihat meneteskan air matanya. Ia tak kuasa melihatku kesakitan seperti itu, kehilangan keceriaan dan lemah. Ia khawatir berlebihan, bahkan sampai saat ini, saat usia sudah menginjak kepala dua, seperempat abad. Jika sakit, ia pasti khawatir, lalu melakukan berbagai cara agar aku segera sembuh. Wanita itu, bagaimana kami harus membalas segalanya? Kurasa tak kan mampu kami membalasnya, terlalu menumpuk. Terima kasih saja tidak akan pernah mampu mencukupinya, materi menggunungpun tak kan bisa menutupinya.

Kami menyebutnya Emaq! Ia yang tak pernah lelah menjaga, mendidik, dan tentu saja menyayangi kami. Ia yang terlalu lemah saat melihat anak-anaknya sedang tak berdaya, ia segalanya. Dan segalanya kan kami balas dengan bakti. InsyaAllah! Aamiiiin..!
Senin, 16 September 2013 - 0 comments

Coret-coret toq

Aku hanya bertanya, mengapa? Saat jiwa mulai menata, saat hati mulai berharap, semuanya pergi seketika. Tanpa bekas. Tanya itu tak pernah kudapati jawabnya. Siapa yang akan menjawab? Entahlah. Sempat akan dan tidak jadi. Ya, hidup memang selalu menjadi misteri. Terlebih yang akan datang, ia menjadi rahasia yang tak terduga. Bagaimana bisa terjadi? Patah hati sebelum sempat jatuh cinta. Mereka bilang, kok bisa, heran! Apatah lagi aku, aku bingung, aku sungguh sangat heran, bagaimana itu bisa terjadi pada hati. Haaah, masalah perasaan memang selalu menarik untuk dipertanyakan, didiskusikan, bahkan sampai diperdebatkan. Tapi, aku tidak ingin melakukannya. Biarkan saja ia berteriak dalam diam, aku tak perlu memperdebatkannya lagi, walau sangat membingungkanku. Biarkan saja, ia akan tetap ada atau akan menghilang menurut titah empunya. Biarkan waktu yang menjawab semua tanya, karena ia satu-satunya jawaban jujur untuk saat ini, di dunia ini. Ya, jika memang harus mengikuti arus, tak masalah. Akan kuikuti, tapi aku tak ingin terbawa arus, untuk itu harus fokus!. Okey, akan kutinggalkan kebingungan tuk menemui kedamaian. Berkarya lagi, bermanfaat lagi, bahagia lagi!

Keep calm and stay cool
Semangatin diri..!
^^
10:02 WITA @FavCor
Kamis, 12 September 2013 - 0 comments

Coretan Serupa 030913 (Lupa Tanggal)

Ibu dan anak itu katanya sudah seperti satu jiwa dalam dua tubuh. Jika ibu merasa sakit, pasti anak juga merasakan. Tapi, kebanyakan sebaliknya sih. Jika anak sakit, ibu pasti merasakan sakit juga. Ibu dan anak itu memiliki ikatan bathin yang sangat kuat. Lebih kuat dari ikatan bathin pada saudara kembar. Ya, saudara kembar juga katanya punya ikatan bathin. Tapi, pernah kubertanya pada teman kembarku. Katanya, biasa aja. Kalau ada salah satunya yang sakit, yang lainnya ga sakit kok. Malah mereka bilang, seperti telepati di sinetron2 itu cuma fiktif aja, ga pernah terjadi pada mereka dikehidupan nyata. Walau ada sebagian kecil saja yang pernah mengalami.

Okey, kembali tentang ibu dan anak. Kurasa, ikatan bathin antara ibu dan anak itu yang paling kuat. Aku pernah mengalaminya sendiri. Sering sekali, yang paling baru. Kemarin aku merasakannya. Ceritanya, aku pingin banget dibuatin bumbu kecap, sebagai teman makan tahu atau buat sambel bawang untuk mencocol ikan goreng. Kuurungkan niatku untuk memberitahu ibu saat itu juga. Nanti sajalah, abis sholat isya pikirku. Benar saja, setelah sholat isya, aku melihat ibu sedang makan sambil mencocol ikan ke sambel tomat. Lalu kutakan pada ibu tentang niatku tadi sore. Ternyata, ibu juga berpikiran yang sama denganku. Tadinya ia juga ingin membuat sambel kecap tuk mencocol tahu, tapi karena dilihatnya tahu tinggal beberapa. Akhirnya ia putuskan tuk membuat sambel tomat saja. Waaaw, kejadian ini terjadi beberapa kali. Bukan hanya sekali dua kali saja.

Lalu, tentang cerita kualat jika tak menuruti kata ibu (tentunya perintah yg baik saja), sudah kualami juga. Saat itu, aku ingin sekali makan mie rebus. Akhirnya ibu membuatkannya untukku. Karena tak sabar, aku ingin sekali cepat2 menyantapnya. Ibu sudah peringatkan tuk memakannya nanti dulu. Tapi, aku mengabaika nasihatnya. Akhirnya aku tetap memakannya dalam keadaan masih sangat panas. Tapi, aku sudah meniupnya beberapa kali agar mengurangi panasnya. Tetap saja, masih panas dan membuat lidahku melepuh. Ooowh, menyesalnya aku tak mengindahkan perkataannya. Jadi malu sendiri waktu itu pada ibu.

Bayangkan, hal kecil seperti itu saja bisa berakibat fatal. Pantas saja, ALLAH memerintahkan agar jangan sekali2 berkata kasar, walaupun itu perkataan 'ah' saja kepada kedua orangtua. Hmmm

Karena kita satu jiwa dalam dua raga. Maka jangan pernah sakiti ibu, karena jika kita lakukan itu. Artinya kita sedang menyakiti diri kita sendiri. Jaga perilaku dan perkataan kepadanya, agar selamat dan mendapat ridho ALLAH. InsyaALLAH.
- 0 comments

Coretan 030913


Hari ini kutemui lagi bukti ajaibnya firasat seorang emaq. Pagi tadi, tubuhku rasanya lengket karena sudah tiga hari tak tersentuh air akibat sakit yang sedang kualami. Rasanya pengen nyemplung ke kolam, tapi tak mungkin. Aku pun berniat, dalam hati kukatakan pada diriku 'nanti, kalau emaq ke sini, minta tolong masakin air deh, mau mandi air anget'. Lalu, aku ketiduran. Aku tak tau emaq sudah beberapa kali keluar masuk kamarku dan terakhir kalinya, kurasakan tangannya yang dingin menyentuh keningku yang bak bara api itu, seraya berkata 'mandi ya, emaq masakin air'. Aku pun mengangguk, masih dengan mata terpejam. Kukira aku mimpi, ternyata ketika aku sudah benar-benar bangun dari tidurku, emaq menyuruhku ke kamar mandi. Benar saja, di sana sudah tersedia air hangat yang sangat aku perlukan itu.


Bukan hanya itu, siang tadi emaq menyuruhku makan nasi, lalu minum obat. Aku menggeleng, 'nanti saja maq. Mau muntah' kataku beralasan, tapi beneran. Lalu, emaq menawariku lagi sampai beberapa kali hingga akhirnya ia menyerah. Aku berangan lagi, 'nanti kalo makan, aku pengen lauqnya tahu. Pasti enak di mulutku yaang terasa pahit ini' kataku dalam hati. Lama, hingga adzan ashar datang, seusai sholat emaq menghampiriku lagi. Menawariku makan lagi, dan kali ini aku tak tega menolak. Aku mengangguk dan ia terlihat begitu senang. 'Emaq ambilin nasi sama tahu dulu kalo gitu. Ada ayam bakar itu, mau ga?'. Eeh, apa kata emaq tadi? Tahu? Alahmdulillah, senangnya hatiku. Aku menggeleng untuk ayam bakar. Luar biasa, tak henti-hentinya aku merasa heran dengan firasat seorang emaq terhadap anaknya ini. Emaq, you're my everything.