Senin, 12 November 2012 - 0 comments

MBS (Musholla BabusSalam)



Kali ini aku ingin bercerita tentang sebuah tempat. Begitu sejuk, walaupun kecil, kadang sumpek jika sedang banyak yang mau mengunjunginya, atau hanya singgah barang semenit atau dua menit saja. Lantainya berwarna hijau, warna surga. Sangat meneduhkan. Kalau aku boleh katakan, tempat mungil ini adalah tempat ternyaman di sudut kampus biru. Di dalamnya terdapat hal-hal indah, seperti tampilan luarnya. Banyak manusia-manusia yang InsyaALLAH mulia di dalamnya.

Sejak pertama kali menginjakkan kaki di kampus biru, kira-kira 5 tahun yang lalu. Tempat ini adalah satu-satunya tempat 'istirahat' ternyaman, bukan di kantin atau di mehibun (meja hijau bundar) yang disediakan di taman-taman kampus. Tempat ini terdiri dari dua ruang, bangunannya menghadap ke arah timur. Bagian ikhwan ada di sebelah kanan (utara) dan sekretariat akhwat di sebelah kiri (selatan). Memiliki dua gerbang, satu di samping dekat sekretariat akhwat dan satu lagi di sebelah timur, gerbang utama, di dekat sekretariat ikhwan. Di bagian atas depan tertulis sebuah kalimat "Musholla BabusSalam", tapi aku lebih senang menyingkat nama itu menjadi MBS. Ya, Babussalam nama bangunan mungil itu.

Banyak sekali cerita yang telah terukir di dalamnya. Entah tawa, kecewa, marah, lelucon, kekonyolan dan tangis. Semua pernah terjadi di tempat ini, MBS. Di sini pertama kalinya aku belajar menjadi seorang imam sholat, di sini aku mulai bisa menemukan jati diri sebagai seorang muslimah seutuhnya, di sini kutemukan makna ukhuwah, di sini aku mulai menyukai dunia literasi, di sini tulisan pertamaku dibaca banyak orang, dan di sini pertama kalinya aku merasa sangat mengenal Tuhanku. Semua itu terjadi melalui lisan-lisan mulia orang-orang mulia di dalamnya, dengan tangan-tangan mereka merangkul bahuku yang lemah. Jiwa yang gersang pun sedikit demi sedikit merasakan tetesan-tetesan air yang akan menyegarkannya kembali.

Banyak memori tertinggal di MBS. Pernah suatu ketika aku sedang sholat, di depan ku ada dua orang saudari ku, mereka memakai cadar. Saat itu, ilmu ku masih cetek (sekarang lumayan, bertambah walau setitik). Mereka sudah selesai sholat dan ingin segera beranjak pergi dari mushola, salah satunya berada tepat di depan ku yang sedang sholat. Tak ada siapa-siapa selain aku dan mereka berdua saat itu. Saat rakaat kedua, aku sedang membaca ayat, tiba-tiba seperti ada yang mencengkram kedua lenganku dari belakang. Tapi, ternyata memang ada yang memegang lenganku, kuat. Ku perkirakan ia salah satu dari dua orang bercadar itu. Mereka ingin memindahkan tempat aku berdiri, agar tidak menghalangi jika ada orang yang masuk hendak sholat, kebetulan saat itu aku berdiri di shaf kedua dekat pintu masuk. Lucunya, aku tak mau bergerak sedikit pun. Naif! aku memang tak tau saat itu bahwa kita boleh bergerak maju atau mundur (selain gerakan sholat) jika memang hal itu sangat perlu dilakukan. Hahaa,,aku jadi senyum-senyum sendiri mengingat itu, malu!.

Seperti kataku tadi, tak hanya kisah lucu, tawa, dan ceria yang hadir di MBS, tak jarang kecewa, air mata, dan isak tangis bergeming di sini. Seperti saat ada masalah di departemen, ketika bermasalah dalam halaqoh, orang-orang mulia di dalamnya selalu siap menjadi pendengar keluh, walau kebanyakan tak memberi solusi pasti. Percaya, mereka telah berusaha sekuat yang mereka mampu. Di MBS, aku menemukan kehangatan persaudaraan hakiki, walau kadang kecewa saat saudara yang satu lebih peduli terhadap saudaranya yang lain. Di MBS aku mengenal banyak sahabat baru, yang lebih tua dariku maupun yang lebih muda. Dengan bermacam jenis sifat dan kebiasaannya. Berteman dengan orang-orang yang bagus agamanya membuatku termotivasi untuk bisa seperti mereka. Saling membantu dan berbagi adalah hal yang sangat biasa. Walau kadang ada sedikit kecewa karena lebih banyak dibantu daripada membantu. Di MBS juga pernah terukir kisah tentang kami dengan rencana-rencana hebat kami di masa datang. Merancang mimpi dan asa bersama. Ahh, semua hanya menjadi sejarah. Mungkin sebagian sudah lupa rencana-rencana itu. MBS menjadi saksi bisu saat tertawa bersama menikmati sebungkus gorengan hangat hasil patungan dari uang sisa-sisa photocopy makalah atau materi-materi kuliah. Tempat pilihan untuk 'nongkrong' saat tak ada dosen datang. Tempat menunggu jemputan datang saat ingin pulang setelah kuliah. Dan tempat menunggu hujan reda untuk bergegas melakukan aktifitas lainnya.

MBS, tempat tak terlupakan. Seperti kata seorang saudariku, yang juga kutemukan disini adalah rumah kedua kami setelah rumah orangtua. MBS, penuh kenangan selama 5 tahun menimba ilmu di fakultas ekonomi. Sudut favorite para pejuang-pejuang dakwah. Tempat syuro'nya para calon penghuni syurga, memikirkan strategi-strategi untuk membantu sesama umat-umat Rasulullah (khusunya yang lagi kuliah di UNRAM) agar kita semua dapat kembali ke asal (syurga) tanpa singgah dulu di neraka. Tarbiyah, itulah yang sedang diusahakan para jundi-jundi mulia itu. Pernah menjadi bagian mereka, membuatku merasa berbangga. Walau kini, perlahan tak lagi bersama dalam lingkaran mereka. Tak mengapa, yang penting tetap dalam kebaikan. Begitu nasehat sang murrobiyah tercinta. Murobbiyah yang kini tak pernah lagi bisa kudengarkan taujihnya.
Maaf.

0 comments:

Posting Komentar