Minggu, 25 November 2012 - 0 comments

TIDAK!


“Seribu kali pun kau katakan, aku akan tetap menjawab, TIDAK!. Kau mau protes, silahkan saja. Aku tak akan mencegah. Ini tentang prinsip, komitmen, dan janji ku kepada NYA”.

Terdiam, sunyi sesaat. Ia tak menggaungkan lagi alasannya.

“Bagaimana mungkin aku berkhianat. Demi kau? TIDAK.” Ku lanjutkan kembali penolakan ku padanya.

“Aku hanya ingin memastikan, apakah kau yang terbaik atau aku harus mencari yang lain. Bukankah ini satu-satunya cara untuk itu.” Dia mulai lagi.

“Hmm. Kau cari saja yang lain, yang bisa menerima mu dengan cepat!. TIDAK!” Aku tersenyum sinis, memandang sudut matanya, lalu melengos, pergi.

Ia memanggil ku, dari balik punggung ku, ku dengar sayup, ia berteriak keras.

“Aku akan tetap berusaha, akan menunggu hati mu mengatakan YA!. Tak peduli seberapa lamanya itu.”

Dia memang pandai. Pandai membuat kata-kata indah, lalu mengatakannya di depanku. Kata-kata indah yang siapapun wanita yang mendengarnya, menjadi merah pipinya, tersenyum bibirnya, berdesir kesejukan di hatinya. Mmm, dia memang pandai merayu. Mulutnya terlalu manis, gombal kata mereka. Ya, dia memang pandai sekali.

Dia tak juga menyerah. Semakin mendekatkan dirinya pada ku, tapi aku tak menginginkan itu. Aku ingin dia pergi saja. Aku takut dia akan membuat ku mengkhianati Tuhan. Mengingkari janji ku, sekaligus merusak komitmen ku. Aku hanya takut saja. Ku harap dia mengerti, tapi ternyata tidak. Dia semakin dan semakin mengejar ku. Aku ingin berlari, tapi ke mana akan melangkah?.

“Kalau kau semakin mendekat. Ku pastikan aku akan semakin menjauh.” Ku katakana itu dengan lantang dan tegas di hadapannya.

Ia tak juga mengerti. Ia seperti idiot, tuli, dan kali ini lagi-lagi ia bisu. Tak berkata sepatah pun setelah mendengar aku berkata setegas itu padanya. Mungkin ia tak menyangka, aku yang ia kenal manut, selam ini yang ia tau lembut, bisa melakukan hal itu padanya. Aku hanya tak ingin dia merusak keyakinan ku pada keajaiban NYA, pada ketetapan NYA, dan pada janji-janji pasti NYA. Aku tak ingin berdosa telah menjerumuskannya ke dalam kubangan dosa. Jika ku berikan apa yang dia inginkan, itu sama saja dengan mengiyakannya untuk melakukan maksiat. Karena itu, sekali pun dia memohon. Tetap hanya kata TIDAK yang akan keluar dari mulut ku. Tak akan berubah.

Dulu ku kira dia yang akan menjadi teman seperjuangan dalam hidup. Mengarungi bahtera berdua, melewati ombak yang kan mencoba mengganggu, meniti tahap demi tahap dengan saling mengingatkan satu sama lain. Tapi, aku salah. Salah besar, dia merusak sendiri nama baiknya di hadapan ku, mengotori rasa suci yang telah dianugerahkan Tuhan pada makhluk NYA. Dia, aku tak suka caranya memaknai rasa itu. Sungguh ingin ku berteriak di dekat telinganya. Meneriakkan sekali lagi kata penolakan dari ku. TIDAK!.

0 comments:

Posting Komentar