Jumat, 18 Januari 2013 - 0 comments

Tentang Hujan


8 Des'12
22:01

Hujan. Malam ini ia turun deras sekali. Ditemani cahaya kilat bak lampu berkelip dilangit. Sebagai pengganti bintang, mungkin. Penerang langit malam, yang semakin kelam berkat sang awan hitam. Setelah kilatan kilat itu, terdengar gemuruh petir, kedengaran seperti letusan-letusan meriam saja. Mmm, angin yang tadinya sejuk berubah menjadi seperti pintu lemari es yang sedang dibuka. Dingiiiin, menusuk tulang. 

Tentang hujan, banyak yang menyukainya. Tak jarang juga yang takut kala ianya turun. Yang pasti, bagiku hujan itu selalu datang atas izin Tuhannya, tertitah untuk memenuhi kebutuhan makhluk Allah yang memang membutuhkannya. Hujan, kadang aku sangat mengharapkannya. Kadang kuingin ia tak usah turun saja. Aaah, hujan. Banyak sekali kisah yang tercipta saat ia turun. Kisah dekapan hangat bunda tuk anaknya karena kedinginan oleh hujan. Kisah para pengguna jalan yang coba menghindari serangannya ketika ia turun tak kenal waktu dijalanan. Kisah sepasang suami istri yang bercerita tentang ia dan suami yang bertengkar saat hujan di masa lalu. Kisah tragis, sedih, lucu tercipta saat hujan. 

Hujan, mengingatkanku tentang banyak hal. Tentang kebersamaan di MBS dalam dekapan hangat ukhuwah. Teringat suara istighfar dari mulut seorang saudari yang begitu takut melihat kilat dan mendengar petir. Hmm, bercerita kesana kemari tak karuan. Menghangatkan tubuh dengan saling merapat, membaca Firman Allah, al ma'tsurat tuk sekedar mengalihkan perhatian dari petir. Ukhuwah yang indah saat hujan lebat itu aku alami beberapa tahun lalu di MBS. 

Peristiwa kala hujan yang terlintas dalam ingatanku yang lainnya, adalah musibah yang dialami seorang pegawai bersepeda motor scoopy. Aku ingat betul, hari itu, selasa siang, hujan lebaaaat sekali. Karena terlalu lebat, aku dan babe memutuskan tuk berteduh saja di salah satu masjid tepi jalan di daerah ampenan. Lama kami singgah di sana, hingga akhirnya hujan reda. Kami melanjutkan perjalanan, sampai tikungan bawah jembatan meninting. Tiba-tiba motor yang kutumpangi rasanya berjalan agak lambat. Ada apa gerangan?. Ternyata di depan ada sebuah sepeda motor berwarna pink, bermerk scoopy sedang tergeletak begitu saja. Masih lumayan utuh, hanya ada sedikit pecahan-pecahan kecil beling. Kurasa itu pecahan kaya spion motor pink itu, di dekat stangnya kulihat sepatu pantopel, hanya sebelah. Agak jauh dari motor, helm tergeletak tak dipedulikan. 

Sepi, tak ada orang, seperti tak terjadi apa-apa. Ku pikir, korban kecelakan sudah dibawa ke rumah sakit tuk diselamatkan. Kami terus aja melaju, dibelakang banyak yang mengantri ingin lewat. Di depan ada sebuah mobil pickup terparkir tak berpenghuni. Dari arah kiri warga mulai berlarian, ke arah mobil itu. Mataku mengekor seorang mas-mas yang membungkukkan badannya. Ia melihat ke kolong mobil. Dan saat melintasi mobil, Ya Allah, aku melihat sebuah tangan. Itu tangan seorang pria dengan seragam pegawai negeri. Aku lihat sekilas, tubuhnya seperti terlipat dua, seperti lipatan baju. Tangannya tampak berayun, ada lumuran darah segar disana. Ya Allah, naas sekali batinku. Iiih, rasanya dadaku berdgup kencang. Pengen mual dan pusing. Rabb, baru pertama kali aku melihat langsung peristiwa mengenaskan seperti hari itu. Dan ia terjadi saat hujan. 

Hujan, kadang menyenagkan. Bermain bersama teman-teman, menikmati masa kecil penuh keceriaan dibawah guyuran hujan. 
Hujan hujan, sungguh banyak kisah indah pun bermusibah tercipta saat hadirmu.

0 comments:

Posting Komentar